Berkaca dari Sistem Pendidikan Finlandia

  


Pendidikan di Indonesia memiliki dasar hukum yang mana diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu: Pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan nonformal. 

Pengertian pendidikan itu sendiri menurut “Wikipedia” adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Dari sini kita paham bahwa pendidikan itu sangat penting untuk masa depan yang akan datang. Pendidikan itu sediri tidak hanya dari lembag-lembaga tertentu seperti sekolah atau tempat les. Dalam meraih pendidikan kita dapat belajar secara otdidak melalu membaca buku kemudian di amalkan dan di terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 Mengapa pendidikan itu penting? Karena pendidikan itu sangat berguna untuk mencapai seseorang dalam berfikir kritis sehingga orang tersebut dapat membedakan beberapa kasus dan isu yang terjadi di dunia, dan tidak mudah tertipu daya oleh berita-berita yang belum terjamin kebenaranya secara nyata. Dari pendidikan kita akan mendapatkan sebuah ilmu. Mengapa demikian? Kerena Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah ditanya oleh kaum Khawarij. Satu per satu dari mereka menemui Ali dan bertanya tentang keutamaan ilmu dibandingkan harta. Orang pertama bertanya, “Lebih utama mana ilmu dengan harta?” Ali menjawab, “ Ilmu lebih utama daripada harta. Sebab, ilmu merupakan peninggalan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun dan Fir’aun.” Setelah mendapat penjelasan, orang pertama ini kembali kepada kaumnya dan menyampaikan jawaban Ali.

Selanjutnya, datanglah orang yang kedua dan bertanya; “Lebih utama mana ilmu dengan harta?” Ali menjawab, “Ilmu lebih utama dari pada harta. Sebab, ilmu dapat menjaga kamu, sedangkan harta itu kamu lah yang menjaganya.” Orang kedua ini kembali kepada kaumnya dan menyampaikan jawaban Ali. Selanjutnya, datang orang ketiga, keempat, kelima, keenam, hingga orang yang ke-10 dan menanyakan hal yang sama kepada Ali. Dan, Ali pun menjawab dengan penjelasan yang berbeda-beda antara jawaban yang pertama, kedua, dan seterusnya. Maka dari itu sangat penting untuk kita sebagai generasi-generasi muda bahkan lanjut usia dalam menunut ilmu.

 Sistem pendidikan di Indonesia  itu sendiri, masih kurang efektif. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Faktor-faktor tersebut yaitu : Rendahnya Kualitas Sarana Fisik, Rendahnya Kualitas Guru, Rendahnya Kesejahteraan Guru, Rendahnya Prestasi Siswa, Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan, Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan, Mahalnya Biaya Pendidikan. Dan adapun antara lain, para siswa dan siswi di tuntut untuk belajar dari pagi sampai sore dan dengan mata pelajar yang begitu banyak dalam satu harinya. Dengan mata pelajaran yang sangat banyak itulah terkadang murid-murid merasa tertekan, belum lagi dengan tugas diluar sekolah dari masing-masing mata pelajaran. Dan sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri terlalu kaku, mengapa? Karena dari pendidikan kita akan melahirkan generasi-generasi cemerlang. Terkadang kita hanya di tuntut untuk membaca dan membaca lalu mehami tanpa ada praktik. Padahal dari praktik itulah yang membuat kita belajar dari sebuah pengalaman. Pernah mendengar kata-kata ini bukan? “pengalaman adalah guru terbaik” jika kita hanya terpaku oleh buku tanpa praktik atau ber-eksperimen, maka kualitasnya pun akan kurang bagus.

Mari kita lihat Negara Finlandia. Di negara Finlandia waktu belajar sangat efektif bahkan sedikit. Tetapi mereka bisa mencetak siswa dan siswi yang hebat. Di Finladiapun tidak memberatkan siswa dan siswinya dalam masalah pekerjaan rumah. Sistem pendidikan di Finladia pun lebih kepada ber-Eksperimen. Seperti yang sudah di katakan sebelumnya, bahwa “Pengalaman adalah Guru Terbaik” siswa-siswi di Indonesia masih terlalu takut untuk mencoba hal-hal baru, bahkan mereka masih terlalu takut untuk ber-Eksperimen. Karena pada saat mereka mengenyam pendidikan, yang diajarkan hanyalah materi dan materi. Sangat jarang jarang sekali jika langsung di praktikan. Bahkan semboyan “Tut Wuri Handayani” punya Ki Hajar Dewantara di gunakana di Negara Finlandia.

Maka dari itu, alangkah baiknya jika sistem pendidikan Indonesia di ubah menjadi seperti negara Finlandia, agar mencetak murid-murid berkualitas dan berintelektual tinggi. Mulai dari pengurangan waktu belajar, dan pekerjaan rumah. Di buat seefektif mungkin tetapi tetap memberikan kualitas agar para penuntut ilmu di negara Indonesia juga dapat bersaing di negara-negara lain. lalu dihilangkan sistem Ujian Nasional. Karena sangat berbeda antara Indonesia dan Finlandia. Tidak ada UN (Ujian Nasional) di Finlandia, karena pemerintah percaya bahwa guru lebih paham tentang kurikulum dan cara terbaik menilai murid-muridnya. Karena sistem pendidikan yang fleksibel inilah sehingga guru bisa mengembangkan potensi siswa-siswinya secara maksimal.

 

 

 

Penulis: Qurratu’aini Salsabila

Editor: R.A., S.H.

Publish: Kominfo MCC UIN RIL 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LEGALITAS MONEY POLITIK OLEH DPR, PENGERTIAN DAN NEGATIVE IMPACT BERLAKUNYA MONEY POLITIC

PENTINGNYA PENGESAHAN SERTIFIKASI APOSTILLE DI INDONESIA

PRO DAN KONTRA PELAKSANAAN PIDANA MATI DI INDONESIA